“Every difference of opinion is not a difference of prnciple. We have called by different names brethren of the same principle”. (Thomas Jefferson)
Pendahuluan
Debat merupakan sebuah metode untuk mempengaruhi orang lain, agar ia memahami, menyetujui hingga terpengaruh oleh berbagai argumen yang disampaikan. Debat adalah salah satu teknik agitasi yang efektif untuk memberikan pengaruh besar bagi orang lain. Dalam debat membutuhkan kekuatan pondasi asumsi, sudut pandang, dan kesimpulan yang kuat, sehingga setiap audiens yang meihat aktivitas debat tersebut mendapatkan pengaruh berupa pesan yang kuat dari si pendebat. Dalam berdebat, seringkali ada upaya untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawan debat lewat berbagai argumentasi dan simpulan kalimat yang sahih.
Pada tahun politik seperti saat ini, debat politik sering dilakukan dalam berbagai event di media untuk menarik hati votersi dan juga sebagai ajang untuk menunjukan siapa yang terbaik. Ada debat yang bersifat santun dengan mengedepankan nilai-nilai luhur ketimuran. Namun ada juga debat yang terbuka dan bebas, mengikuti liberalisme barat. Masyarakat umum ditunjukan berbagai bentuk budaya debat, tanpa penyaring pengetahuan dan informasi yang benar. Menurut Peter Ellerton, seorang dosen berpikir kritis di Universitas Queensland mengaitkan ketidak santunan dalam debat, disebabkan oleh keterbatasan dalam berargumen. Menurutnya, banyak pendebat yang tidak bisa bernalar secara baik, karena memiliki keterbatasan informasi dan tidak memiliki kemampuan menguji kesahihan informasi yang dimiliki. Lebih lanjut Edward Hinck, profesor di Sekolah Tinggi Komunikasi dan Seni Michigan University, menyatakan bahwa debat dalam dunia politik bisa dianggap sebagai moment representatif untuk menunjukan ketidak setujuan terhadap lawan debat, sebagai bagian dari bujukan terhadap voters. Dengan demikian untuk menunjukan kesantunan dalam suatu debat politik, harus menggunakan argumen yang berdasarkan data dan fakta yang valid, serta hindarkan diri untuk menyerang pribadi secara personal.
Selain dalam dunia politik, debat dalam kehidupan keseharian juga dapat menjadi metode pendidikan yang tepat. Karena dalam debat ada dialog interaktf. Dalam banyak penelitian menunjukan bahwa, debat dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berpikir kritis. Aspek utama dalam melaksanakan debat adalah adanya perbedaan sudut pandang. Dengan demikian kunci utama dalam debat adalah perbedaan. Dalam debat tidak ada sikap kompomistik. Karena tanpa kompromistik, maka mendorong seseorang untuk benar-benar mencari argumentasi yang kuat atas pendiriannya. Debat bertujuan untuk meyakinkan orang lain, mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda dan pada akhrnya menghargai berbagai perbedaan.
Pengertian dan Langkah-Langkah Debat
Dalam ilmu komunikasi, debat merupakan kegiatan berbicara yang bersifat persuasif. Dalam debat ada pengungkapan pendapat masing-masing mengenai suatu argumen terkait usul atas permasalahan tertentu. Tarigan (2008:92) mengatakan bahwa pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif dan ditolak/ disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif. Dalam debat selalu ada kelompok yang pro dan kontra. Debat merupakan aktivitas adu argumentasi antara dua pihak atau lebih (yang pro dan kontra), baik secara perseorangan maupun kelompok.
Dalam melakukan debat, harus ada langkah-langkah yang mengarahkannya. Adapun langkah-langkah dalam debat, yakni : 1) Membagi Kelompok. Membagi ke dalam dua kelompok peserta debat, yakni yang satu kelompok pro, dan lainnya kelompok kontra. 2) Persiapan Kelompok. Kedua kelompok diminta untuk mendiskusikan dan mempersiapkan argumen, data dan fakta terkait masalah atau topik yang diperdebatkan. 3) Mulai Debat. Setelah mempersiapkan diri, selanjutnya kelompok Pro akan menyampaikan argumennya terkait topik masalah, dan ditanggapi oleh kelompok Kontra. Dan bahkan sebaliknya, hingga seluruh anggota masing-masing kelompok menyampaikan pendapat. 4) Kesimpulan. Pada akhir debat, kedua kelompok diminta menyampaikan closing statement terkait kesimpulan dari proses debat tersebut.
Penerapan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back) pada debat
AREL adalah singkatan dari Argument, Reasoning, Evidance dan Link Back. Di dalam debat, alur itu sangat diperlukan untuk membuat sebuah argumen menjadi logis dan mengaitkannya dengan topik msalah yang sedang diperdebatkan. Hal ini juga sekaligus mampu meyakinkan orang lain tentang argumen dan pernyataan yang diberikan selama debat berlangsung. Argumen adalah pernyataan yang mempunyai alasan dan penjelasan akan sesuatu. Argumen para pendebat sangat penting untuk membuat sebuah alasan melalui cara mereka menjelaskan tujuan atau maksud dari motion yang telah diberikan saat debat berlangsung. Motion adalah topik utama yang dibuat bertujuan untuk membuat sebuah kontroversi, yang mana itu bisa dibuktikan atau tidak dari pihak tim pro (positif) atau tim kontra (negatif). Tetapi kebanyakan dari pendebat pemula hanya dapat menjelaskan statemen mereka dengan menggunakan statemen yang umum atau dengan argumen yang sederhana. Didalam debat, statemen yang sederhana tidak cukup untuk memberikan keyakinan yang kuat. Para pendebat harus memberikan fakta yang valid sesuai dengan kondisi yang ada, dan hubungan yang tepat antara statemen yang diberikan dengan motion yang mereka bicarakan.
Argumen dalam AREL adalah kalimat yang berisi pernyataan yang akan disampaikan. Selanjutnya reasoning adalah alasan yang mendukung argumen tersebut. Evidance adalah bukti-bukti atau fakta-fakta yang mendukung argumen dan alasan. Dan link back adalah mengaitkan kembali dengan pokok bahasan.
Dengan menggunakan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back), mereka dapat memberikan banyak tambahan Evidence (bukti) and Link Back yang sesuai dengan motion yang diberikan. Melalui pengembangan kritik argumen dan pemakaian fakta-fakta yang ada membuat debat terdengar meyakinkan. Keuntungan penerapan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back) pada debat adalah dapat mengajarkan pendebat untuk bisa memberikan rasionalitas disaat debat berlangsung. Mereka mempunyai landasan tentang statemen yang disampaikan. Dengan itu, maka argumen yang diberikan dapat diterima oleh audiens. Dalam debat, seseorang harus mampu menunjukan realitas yang ada dan juga berpikir kritis untuk bisa memenangkan debat. Sebagai pendebat, mereka harus bisa mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Pendebat memberikan respon yang kritis akan sesuatu hal dan fenomena yang ada dalam masyarakat. Kemampuan pendebat dalam berdebat adalah kesanggupan pendebat dalam meyakinkan para audiens dan voters.
Argumentasi merupakan pendapat, ulasan atau ide tentang sebuah topik. Argumen adalah dasar dari semua kegiatan debat. Tujuan dari argmentasi adalah meyakinkan lawan debat atau pendengar lainnya. Dalam setiap argumen di debat selalu ada: a) Klaim, penyataan kepastian terhadap sesuatu; b) Data, bagian pendukung dari klaim; c) Bukti, yakni hubungan antara klaim awal dan data yang mendukung klaim tersebut; d) Backing, merupakan dukungan terhadap bukti; e) Sanggahan, yakni negasi (lawan) dari klaim yang lawan debat ungkapkan.
Kebutuhan pendebat dalam debat
Dalam berdebat sangat berbeda dengan orasi atau pidato monolog. Debat membutuhkan kecepatan berpikir dan kemampuan menganalisis berbagai sumber yang dimiliki. Adapun kebutuhan yang harus dimiliki si pendebat dalam berdebat adalah: 1) Wawasan yang luas. Peserta debat harus memiliki keterbukaan pemikiran dalam melhat masalah dalam topik, sehingga memudahkan ia dalam memenangkan perdebatan. Selain itu dengan keluasan wawasan, maka akan tersedia cukup bukti sebagai amunisi dalam berdebat. 2) Vokal yang baik. Peserta debat harus mampu memainkan nada, intonasi dan volume sebagai bagian dari memiliki kejelasan dalam memainkan penekanan argumen. 3) Body languange. Peserta debat harus mampu memainkan bahasa tubuhnya sebagai bagian dari integritas diri dengan pesan yang disampaikan. 4) Berani mempertahankan argumen. Poin ini terkait kemampuan untk mengabil resiko pada saat bukti-bukt lemah atau kurang kuat. 5) Belajar berpikir cepat. Peserta debat harus mampu memperkirakan argumen atau pertanyaan dari lawan, dan memiliki kemampuan untuk membalas argumen atau pertanyaan tersebut. 6) Tenang dan dapat mengndalikan situasi. Peserta debat dianggap sebagai penguasa panggung debat saat ia mampu mengendalikan diri terhadap tekanan yang terjadi saat debat. 7) Memperhatikan dan Membuat kesimpulan. Peserta debat harus selalu sigap dalam memberikan argumen balasan dan membuat kesimpulan yang sesuai dengan topik debat.
Jenis Debat
Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 2008: 95-100) mengklasifikasikan debat berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, yakni debat parlementer, debat pemeriksaan ulangan, dan debat formal. Debat parlementer atau majelis (assembly or parlementary) memiliki maksud dan tujuan adalah untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya, berbicara pendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis. Berikutnya, Debat Pemeriksaan Ulangan, yang disebabkan oleh kepuasan orang terhadap hasil debat terakhir semakin besar, maka teknik perdebatan cross-exemination (pemeriksaan silang) dipergunakan. Ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut persiapan yang lebih matang dari pada gaya perdebatan formal. Berikutnya, Debat Formal yang bertujuan untuk memberi dua kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau membantah suatu topik usulan. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan.
Berdasarkan formatnya, ada beberapa jenis debat kompetitif yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri. Adapun klasifikasi debat kompetitif menjadi lima model, yakni A) Australian Parliamentary (Australs) Debate. Australian Parliamentary adalah debat yang digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan bergantian antara pemerintah dan oposisi, dengan durasi waktu 7 menit dan ditutup dengan pidato penutup (masing-masing 5 menit). Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah. B) Asian Parliamentary (Asians) debate. Format ini merupakan pengembangan dari format Australs. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). C) British Parliamentary debate. Gaya debat parlementer ini tidak hanya dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia World University Debate Competition (WUDC). Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition). Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya. Juri dalam debat British Parlementary bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir. D) Format World Schools Format, yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi British Parlementary dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, yakni Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah dengan bergantian, masing-masing mendapat giliran delapan menit dan ditutup dengan pidato masing-masing empat menit. Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi. Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format British Parlementary. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup. E) American Parliamentary Debate. parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya. Susunan teknik debatnya mengikuti alur berikut ini: (1) Prime Minister - 7 menit, (2) Leader of the Opposition - 8 menit, (3) Member of the Government - 8 min, (4) Member of the Opposition - 8 min, (5) Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min, (6) Prime Minister Rebuttal - 5 min
Penutup
Debat mampu membuat seseorang menjadi kritis terhadap segala sesuatu. Ia mampu berpikiran terbuka dan membuka peluang untuk menguji kembali realitas yang dia lihat. Debat bukanlah upaya untuk menghilangkan perbedaan, namun merupakan pertunjukan realitas akan pluralitas dalam memandang segala sesuatu disekitar kita. Dengan memahami debat dan berlatih menjadi pendebat yang baik, maka seseorang melatih cara berpikirnya untuk lebih tajam, peka, dan memiliki empati terhadap realitas.
Pustaka
Debat merupakan sebuah metode untuk mempengaruhi orang lain, agar ia memahami, menyetujui hingga terpengaruh oleh berbagai argumen yang disampaikan. Debat adalah salah satu teknik agitasi yang efektif untuk memberikan pengaruh besar bagi orang lain. Dalam debat membutuhkan kekuatan pondasi asumsi, sudut pandang, dan kesimpulan yang kuat, sehingga setiap audiens yang meihat aktivitas debat tersebut mendapatkan pengaruh berupa pesan yang kuat dari si pendebat. Dalam berdebat, seringkali ada upaya untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawan debat lewat berbagai argumentasi dan simpulan kalimat yang sahih.
Pada tahun politik seperti saat ini, debat politik sering dilakukan dalam berbagai event di media untuk menarik hati votersi dan juga sebagai ajang untuk menunjukan siapa yang terbaik. Ada debat yang bersifat santun dengan mengedepankan nilai-nilai luhur ketimuran. Namun ada juga debat yang terbuka dan bebas, mengikuti liberalisme barat. Masyarakat umum ditunjukan berbagai bentuk budaya debat, tanpa penyaring pengetahuan dan informasi yang benar. Menurut Peter Ellerton, seorang dosen berpikir kritis di Universitas Queensland mengaitkan ketidak santunan dalam debat, disebabkan oleh keterbatasan dalam berargumen. Menurutnya, banyak pendebat yang tidak bisa bernalar secara baik, karena memiliki keterbatasan informasi dan tidak memiliki kemampuan menguji kesahihan informasi yang dimiliki. Lebih lanjut Edward Hinck, profesor di Sekolah Tinggi Komunikasi dan Seni Michigan University, menyatakan bahwa debat dalam dunia politik bisa dianggap sebagai moment representatif untuk menunjukan ketidak setujuan terhadap lawan debat, sebagai bagian dari bujukan terhadap voters. Dengan demikian untuk menunjukan kesantunan dalam suatu debat politik, harus menggunakan argumen yang berdasarkan data dan fakta yang valid, serta hindarkan diri untuk menyerang pribadi secara personal.
Selain dalam dunia politik, debat dalam kehidupan keseharian juga dapat menjadi metode pendidikan yang tepat. Karena dalam debat ada dialog interaktf. Dalam banyak penelitian menunjukan bahwa, debat dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berpikir kritis. Aspek utama dalam melaksanakan debat adalah adanya perbedaan sudut pandang. Dengan demikian kunci utama dalam debat adalah perbedaan. Dalam debat tidak ada sikap kompomistik. Karena tanpa kompromistik, maka mendorong seseorang untuk benar-benar mencari argumentasi yang kuat atas pendiriannya. Debat bertujuan untuk meyakinkan orang lain, mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda dan pada akhrnya menghargai berbagai perbedaan.
Pengertian dan Langkah-Langkah Debat
Dalam ilmu komunikasi, debat merupakan kegiatan berbicara yang bersifat persuasif. Dalam debat ada pengungkapan pendapat masing-masing mengenai suatu argumen terkait usul atas permasalahan tertentu. Tarigan (2008:92) mengatakan bahwa pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif dan ditolak/ disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif. Dalam debat selalu ada kelompok yang pro dan kontra. Debat merupakan aktivitas adu argumentasi antara dua pihak atau lebih (yang pro dan kontra), baik secara perseorangan maupun kelompok.
Dalam melakukan debat, harus ada langkah-langkah yang mengarahkannya. Adapun langkah-langkah dalam debat, yakni : 1) Membagi Kelompok. Membagi ke dalam dua kelompok peserta debat, yakni yang satu kelompok pro, dan lainnya kelompok kontra. 2) Persiapan Kelompok. Kedua kelompok diminta untuk mendiskusikan dan mempersiapkan argumen, data dan fakta terkait masalah atau topik yang diperdebatkan. 3) Mulai Debat. Setelah mempersiapkan diri, selanjutnya kelompok Pro akan menyampaikan argumennya terkait topik masalah, dan ditanggapi oleh kelompok Kontra. Dan bahkan sebaliknya, hingga seluruh anggota masing-masing kelompok menyampaikan pendapat. 4) Kesimpulan. Pada akhir debat, kedua kelompok diminta menyampaikan closing statement terkait kesimpulan dari proses debat tersebut.
Penerapan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back) pada debat
AREL adalah singkatan dari Argument, Reasoning, Evidance dan Link Back. Di dalam debat, alur itu sangat diperlukan untuk membuat sebuah argumen menjadi logis dan mengaitkannya dengan topik msalah yang sedang diperdebatkan. Hal ini juga sekaligus mampu meyakinkan orang lain tentang argumen dan pernyataan yang diberikan selama debat berlangsung. Argumen adalah pernyataan yang mempunyai alasan dan penjelasan akan sesuatu. Argumen para pendebat sangat penting untuk membuat sebuah alasan melalui cara mereka menjelaskan tujuan atau maksud dari motion yang telah diberikan saat debat berlangsung. Motion adalah topik utama yang dibuat bertujuan untuk membuat sebuah kontroversi, yang mana itu bisa dibuktikan atau tidak dari pihak tim pro (positif) atau tim kontra (negatif). Tetapi kebanyakan dari pendebat pemula hanya dapat menjelaskan statemen mereka dengan menggunakan statemen yang umum atau dengan argumen yang sederhana. Didalam debat, statemen yang sederhana tidak cukup untuk memberikan keyakinan yang kuat. Para pendebat harus memberikan fakta yang valid sesuai dengan kondisi yang ada, dan hubungan yang tepat antara statemen yang diberikan dengan motion yang mereka bicarakan.
Argumen dalam AREL adalah kalimat yang berisi pernyataan yang akan disampaikan. Selanjutnya reasoning adalah alasan yang mendukung argumen tersebut. Evidance adalah bukti-bukti atau fakta-fakta yang mendukung argumen dan alasan. Dan link back adalah mengaitkan kembali dengan pokok bahasan.
Dengan menggunakan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back), mereka dapat memberikan banyak tambahan Evidence (bukti) and Link Back yang sesuai dengan motion yang diberikan. Melalui pengembangan kritik argumen dan pemakaian fakta-fakta yang ada membuat debat terdengar meyakinkan. Keuntungan penerapan AREL (Argument, Reasoning, Evidance and Link Back) pada debat adalah dapat mengajarkan pendebat untuk bisa memberikan rasionalitas disaat debat berlangsung. Mereka mempunyai landasan tentang statemen yang disampaikan. Dengan itu, maka argumen yang diberikan dapat diterima oleh audiens. Dalam debat, seseorang harus mampu menunjukan realitas yang ada dan juga berpikir kritis untuk bisa memenangkan debat. Sebagai pendebat, mereka harus bisa mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Pendebat memberikan respon yang kritis akan sesuatu hal dan fenomena yang ada dalam masyarakat. Kemampuan pendebat dalam berdebat adalah kesanggupan pendebat dalam meyakinkan para audiens dan voters.
Argumentasi merupakan pendapat, ulasan atau ide tentang sebuah topik. Argumen adalah dasar dari semua kegiatan debat. Tujuan dari argmentasi adalah meyakinkan lawan debat atau pendengar lainnya. Dalam setiap argumen di debat selalu ada: a) Klaim, penyataan kepastian terhadap sesuatu; b) Data, bagian pendukung dari klaim; c) Bukti, yakni hubungan antara klaim awal dan data yang mendukung klaim tersebut; d) Backing, merupakan dukungan terhadap bukti; e) Sanggahan, yakni negasi (lawan) dari klaim yang lawan debat ungkapkan.
Kebutuhan pendebat dalam debat
Dalam berdebat sangat berbeda dengan orasi atau pidato monolog. Debat membutuhkan kecepatan berpikir dan kemampuan menganalisis berbagai sumber yang dimiliki. Adapun kebutuhan yang harus dimiliki si pendebat dalam berdebat adalah: 1) Wawasan yang luas. Peserta debat harus memiliki keterbukaan pemikiran dalam melhat masalah dalam topik, sehingga memudahkan ia dalam memenangkan perdebatan. Selain itu dengan keluasan wawasan, maka akan tersedia cukup bukti sebagai amunisi dalam berdebat. 2) Vokal yang baik. Peserta debat harus mampu memainkan nada, intonasi dan volume sebagai bagian dari memiliki kejelasan dalam memainkan penekanan argumen. 3) Body languange. Peserta debat harus mampu memainkan bahasa tubuhnya sebagai bagian dari integritas diri dengan pesan yang disampaikan. 4) Berani mempertahankan argumen. Poin ini terkait kemampuan untk mengabil resiko pada saat bukti-bukt lemah atau kurang kuat. 5) Belajar berpikir cepat. Peserta debat harus mampu memperkirakan argumen atau pertanyaan dari lawan, dan memiliki kemampuan untuk membalas argumen atau pertanyaan tersebut. 6) Tenang dan dapat mengndalikan situasi. Peserta debat dianggap sebagai penguasa panggung debat saat ia mampu mengendalikan diri terhadap tekanan yang terjadi saat debat. 7) Memperhatikan dan Membuat kesimpulan. Peserta debat harus selalu sigap dalam memberikan argumen balasan dan membuat kesimpulan yang sesuai dengan topik debat.
Jenis Debat
Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 2008: 95-100) mengklasifikasikan debat berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, yakni debat parlementer, debat pemeriksaan ulangan, dan debat formal. Debat parlementer atau majelis (assembly or parlementary) memiliki maksud dan tujuan adalah untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya, berbicara pendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis. Berikutnya, Debat Pemeriksaan Ulangan, yang disebabkan oleh kepuasan orang terhadap hasil debat terakhir semakin besar, maka teknik perdebatan cross-exemination (pemeriksaan silang) dipergunakan. Ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut persiapan yang lebih matang dari pada gaya perdebatan formal. Berikutnya, Debat Formal yang bertujuan untuk memberi dua kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau membantah suatu topik usulan. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan.
Berdasarkan formatnya, ada beberapa jenis debat kompetitif yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri. Adapun klasifikasi debat kompetitif menjadi lima model, yakni A) Australian Parliamentary (Australs) Debate. Australian Parliamentary adalah debat yang digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan bergantian antara pemerintah dan oposisi, dengan durasi waktu 7 menit dan ditutup dengan pidato penutup (masing-masing 5 menit). Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah. B) Asian Parliamentary (Asians) debate. Format ini merupakan pengembangan dari format Australs. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). C) British Parliamentary debate. Gaya debat parlementer ini tidak hanya dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia World University Debate Competition (WUDC). Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition). Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya. Juri dalam debat British Parlementary bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir. D) Format World Schools Format, yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi British Parlementary dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, yakni Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah dengan bergantian, masing-masing mendapat giliran delapan menit dan ditutup dengan pidato masing-masing empat menit. Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi. Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format British Parlementary. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup. E) American Parliamentary Debate. parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya. Susunan teknik debatnya mengikuti alur berikut ini: (1) Prime Minister - 7 menit, (2) Leader of the Opposition - 8 menit, (3) Member of the Government - 8 min, (4) Member of the Opposition - 8 min, (5) Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min, (6) Prime Minister Rebuttal - 5 min
Penutup
Debat mampu membuat seseorang menjadi kritis terhadap segala sesuatu. Ia mampu berpikiran terbuka dan membuka peluang untuk menguji kembali realitas yang dia lihat. Debat bukanlah upaya untuk menghilangkan perbedaan, namun merupakan pertunjukan realitas akan pluralitas dalam memandang segala sesuatu disekitar kita. Dengan memahami debat dan berlatih menjadi pendebat yang baik, maka seseorang melatih cara berpikirnya untuk lebih tajam, peka, dan memiliki empati terhadap realitas.
Pustaka
- S. Wood, 2003. Changing the Game? Embracing the Advocacy Standard. Contemporary Argumentation and Debate No.24
- R.E. Solt, 2004. Debate’s Culture of Narcissism. (Contemporary Argumentation and Debate. No.25
- Butler, J. 2007. Excitable Speech: A Politics of the Performative. New York. Routledge
- Tarigan, Henry Guntur, 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
- Cangara, Hafied, Prof., M.Sc, Ph.D. 2014. Komunikasi Politik: Konsep. Teori dan Strategi. Depok: RajaGrafindo Persada.
(Materi dibawakan oleh Ricky
Arnold Nggili, SSi-teol.,M.M. dalam kegiatan Komunitas Bela Negara Regional Jawa Tengah - Pelatihan Juru Bicara Pancasila 2.0. Tanggal 9 Maret 2019, di MTC - Salatiga, pukul
19.30 WIB 21.15 WIB)
Posting Komentar